INTERAKSI ANTARA BUDAYA LOKAL, HINDU-BUDHA, DAN ISLAM DI INDONESIA

Posted by admin Selasa, 08 Februari 2022 0 komentar
AKULTURASI KEBUDAYAAN LOKAL, HINDU-BUDHA DAN ISLAM



 1. Pengertian Akulturasi 
        Secara umum, akulturasi diartikan sebagai proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih, sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru. Akan tetapi, unsur-unsur penting dari masing-masing kebudayaan (baik kebudayaan lama maupun kebudayaan yang datang berikutnya) masih terlihat. Dengan demikian, proses akulturasi akan terjadi apabila masing-masing kebudayaan yang saling berpadu itu seimbang. Masuknya pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia juga telah melahirkan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia asli. Hal ini terjadi karena antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia asli, sama-sama kuat. Begitu juga pada waktu kebudayaan Islam datang, terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan Indonesia yang sudah ada. 
        Berkembangnya kebudayaan Islam memang tidak kemudian menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang telah berkembang sebelumnya terjadi akulturasi. Dari perpaduan budaya ini melahirkan kebudayaan baru yang unik dan menarik.

 2. Terjadinya Akulturasi 
        Terjadinya interaksi antara kebudayaan Hindu Budha dengan Islam sekaligus terjadi interaksi dengan kebudayaan lokal. Seperti telah kalian kaji pada bab sebelumnya, bahwa kedatangan pengaruh agama Hindu Buda di Indonesia menimbulkan akulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini terus berlanjut hingga pada masa pengaruh Islam. Kalian bisa mengidentifikasi terjadinya akulturasi antara tradisi lokal, Hindu Buda dan Islam ini dengan membandingkan kebudayaan pengaruh Hindu Buda dengan pengaruh Islam. Sifat kebudayaan adalah dinamis, dan saling memengaruhi. Interaksi antar budaya akan menghasilkan budaya baru, atau kalau budaya itu sangat bertentangan maka akan muncul dampak negatif berupa konflik.  Bentuk lain interaksi antara tradisi lokal, Hindu Buda, dan Islam adalah dalam hal kepercayaan. Pada jaman megalithikum telah mengenal persembahan, Mantera, ritual kepercayaan animisme dan dinamisme. Hal ini terus berlanjut pada masa pengaruh Hindu Buda. 
        Pada masa kedatangan Islampun tidak hilang begitu saja. Konsep-konsep animisme dan dinamisme pada masyarakat Islam Indonesia masih kita temukan hingga saat ini. Terjadinya percampuran dalam keagamaan ini disebut sinkritisme. Kalian bisa menemukan hal-hal ini terutama pada masyarakat Jawa yang melakukan sesaji pada tempat-tempat yang dianggap keramat. Memuja senjata, binatang, gunung, laut, danau, dan sebagainya.

3. Bentuk Akulturasi 
        Hasil proses akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam dapat dilihat dalam bentuk fisik kebendaan, seperti seni bangunan, seni ukir/pahat, dan karya sastra. Di samping dalam bidang fifik kendaaan, akulturasi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Beberapa contoh bentuk akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sebelunya adalah sebagai berikut. 

1) Seni Bangunan 
a. Masjid dan Menara 
        Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam menunjukkan adanya peipaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah ada. Salah satu bentuk perpaduan seni bangunan Islam dengan seni bangunan yang telah berkembang sebelumnya adalah seni bangunan masjid. Dengan adanya perpaduan ini, bangunan masjid di Indonesia pada jaman perkembangan Islam memiliki bentuk yang unik. 

Perhatikan dan cermati gambar masjid Demak dan Masjid Kuno Aceh,

    Masjid Agung Demak                                                                                                                Masjid kuno Aceh

Bentuk bangunan Masjid yang merupakan hasil akulturasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
 a) Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun atau bertingkat, semakin ke aras semakin kecil dan tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang biasanya selalu gasal, ada yangt tiga ada juga yang lima. Bentuk atap bertumpang ini adalah karena pengaruh bentuk meru pada bangunan suci (Pure) Hindu. Atap masjid biasanya masih diberi lagi sebuah kemuncak yang dinamakan mustaka. 
b) Tidak adanya menara. Ini seperti lazimnya masjid-masjid yang ada di luar Indonesia. Masjid luar Indonesia umumnya memiliki menara. Masjid-masjid di Mesir dan Masjid Abas di Karbala, Irak, memiliki menara yang sangat tinggi dan megah. Menara menjadi bagian penting, karena merupakan tempat muadzin menyerukan adzan sebagai panggilan orang untuk shalat. Di Indonesia pemberitahuan waktu shalat di samping dengan seruan adzan, juga dilakukan dengan pemukulan sebuah bedug atau kentongan. Masjid Kudus dan masjid Banten ada menaranya. Kedua menara itu bentuknya sangat unik. Menara Kudus merupakan sebuah candi langgam Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan fungsinya. Ada juga yang menyatakan, bentuk menara masjid kudus mirip dengan Bale Kulkul. Bale kulkul adalah bagian bangunan dari bangunan sebuah Pure. 

b. Makam
        Pemakaman mayat pada jaman Indonesia masa Islam banyak dipengaruhi oleh pandangan dan budaya yang berkembang pada masa sebelumnya. Kebiasaankebiasaanjaman sebelum kedatangan dan perkembangan Islam akhirnya juga banyak dilakukan oleh masyarakat Islam. Misalnya, kalau pada jaman kuno mayat dimasukkan dalam kubur batu, pada jaman islam ada yang dimasukkan dalam peti. Sering pula diatas kubur ditabur bunga-bungaan. Saji-sajian dan selamatan yang telah berkembang pada jaman pra sejarah dan Hindu-Budha tetap hidup pada jaman Islam. Sehingga tidak mengherankan apabila pada hari-hari ke 1, 3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 harinya orang meninggal, sering diadakan selamatan dan kenduri. Selamatandan kenduri ini diiringi dengan doa-doa Islam, yang kemudian lebih dikenal dengan tahlil. Selamatan ini dimaksudkan untuk mengantar roh ke hadirat Illahi. Ini jelas menunjukkan adanya perpaduan antara Islam dengan Budaya Hindu-Budha dan pra sejarah.
            Sesudah selamatan terakhir (nguwis-uwisi), yakni pada hari ke 1000, umumnya kuburan kemudian diabadikan (diperkuat dengan bangunan dari Batu). Pengabadian kubur ini biasanya dilakukan dengan membuat jirat atau nisan di atas kubur. Bagi orang-orang tertentu, umumnya bangsawan atau tokoh penting, di atas jirat didirikan rumah atau sering disebut cungkup. Banyak masyarakat berpandangan, bahwa makam merupakan kediaman terakhir yang abadi, maka diusahakan pula semacam rumah yang sesuai dengan kedudukan orang yang dikubur. Makam para raja atau orang penting dibangun seperti layaknya istana. Seakan-akan makam itu disamakan dengan orangnya, lengkap dengan keluarganya serta pembesar-pembesar pengiringnya yang terdekat. Oleh karena itu bentuk
pemakaman itu merupakan satu gugusan cungkup-cungkup dan jirat-jirat yang dikelompokkan menurut hubungan kekeluargaan. Gugusan ini dibagi menjadi berbagai halaman, yang dipisahkan oleh tembok tetapi dihubungkan dengan gapura-gapura. Di dekat makam itu biasanya dibangun masjid, sehingga dikenal dengan masjid makam.Masyarakat berpandangan bahwa makam, apalagi makam orang-orang terkemuka seperti para wali dan raja, adalah tempat yang suci dan keramat. Oleh karena itu, banyak bangunan masjid yang dibangvun satu kompleks dengan makam. Sebagai contoh adalah masjid makam di Demak, Kudus, Muria, Ampel (Surabaya), Gunung Jati (Cirebon), Bayat (Klaten), dan Sendangduwur (Tuban). Makam di sekitar Masjid Demak (didalamnya ada makam R. Patah dan Sultan
Trenggana Kalau dihubungkan dengan budaya sebelumnya, pembuatan cungkup ini adalah karena pengaruh budaya sebelumnya. Pada jaman pra sejarah, tokoh-tokoh penting demak10 kepala suku) sesudah meninggal diabadikan dalam bentuk Menhir. Pada jaman Hindu-Budha, tokoh-tokoh penting (raja) diabadikan dalam bentuk bangunan candi. 

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: INTERAKSI ANTARA BUDAYA LOKAL, HINDU-BUDHA, DAN ISLAM DI INDONESIA
Ditulis oleh admin
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://kreasiayuni.blogspot.com/2022/02/interaksi-antara-budaya-lokal-hindu.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Belajar Kreatif dan Inovatif.