INTERAKSI ANTARA TRADISI LOKAL, HINDU-BUDHA, DAAN ISLAM DI INDONESIA

Posted by admin Sabtu, 06 Agustus 2022 0 komentar
SENI RUPA, KESUSASTRAAN, SENI PERTUNJUKKAN, DAN UPACARA 





Pengertian Kesenian
Apakah pengertian atau definisi kesenian? Ada berbagai definisi kesenian yang disajikan di sini. Kamudapat menelaah satu persatu, kemudian membuat definisi dengan bahasamu sendiri. Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Kata seni berasal dari kata ”sani” yang kurang lebih artinya ”jiwa yang luhur atau ketulusan jiwa”. Menurut kajian ilmu di Eropa, seni disebut ”art” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Menurut Suharto Rijoatmojo dalam buku Ethnologie, kesenian adalah segala sesuatu ciptaan manusia untuk memenuhi atau untuk menunjukkan rasa keindahan. Keseniaan merupakan hasil dari unsur budaya manusia, yaitu rasa. Definisi kesenian lainnya adalah menurut Alexander Alland, sebagaimana yang dituliskan oleh Marvin Harris. Ia menyatakan bahwa kesenian adalah bermain dengan menghasilkan bentuk transformasi representatif yang estetik. Pendapat tersebut,dapat dijabarkan berikut ini. Bermain adalah kesenangan, aspek aktivitas kepuasan yang tidak dapat diukur. Bentuk adalah bangunan yang dibentuk pada waktu dan ruang bermain di dalam kesenian. Estetik adalah eksistensi kapasitas manusia secara universal sebagai suatu apresiasi emosi dan kesenangan. Adapun perwujudan transformasi adalah aspek komunikasi suatu kesenian. Kesenian selalu mewakili sesuatu dan mengomunikasikan informasi. Komunikasi di dalam kesenian berbeda dengan komunikasi lain. Komunikasi di dalam kesenian harus diubah ke dalam bentuk kiasan atau pernyataan simbolik. Kamu telah memahami berbagai pengertian kesenian. Lalu sejak kapan kesenian ini muncul? Berdasarkan penelitian para ahli, seni atau karya seni sudah ada kurang lebih sejak 60.000 tahun yang lalu. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak atau bukti ini mirip lukisan modern yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebasan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Manusia purba membuat karya seni atau penanda kebudayaan sangat dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern membuat karya seni atau penanda kebudayaan digunakan untuk kepuasan pribadi dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain, manusia modern adalah sosok yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih luas. Saat ini, kesenian terus berkembang seiring dengan perkembangan kebudayaan manusia. Perkembangan kesenian juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Oleh karena itu, tidak heran apabila kamu menemukan bidang-bidang seni baru. Semua bentuk kesenian pada zaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam 

Baca Selengkapnya ....

INTERAKSI ANTARA BUDAYA LOKAL, HINDU-BUDHA, DAN ISLAM DI INDONESIA

Posted by admin Selasa, 08 Februari 2022 0 komentar
AKULTURASI KEBUDAYAAN LOKAL, HINDU-BUDHA DAN ISLAM



 1. Pengertian Akulturasi 
        Secara umum, akulturasi diartikan sebagai proses perpaduan antara dua kebudayaan atau lebih, sehingga melahirkan bentuk kebudayaan baru. Akan tetapi, unsur-unsur penting dari masing-masing kebudayaan (baik kebudayaan lama maupun kebudayaan yang datang berikutnya) masih terlihat. Dengan demikian, proses akulturasi akan terjadi apabila masing-masing kebudayaan yang saling berpadu itu seimbang. Masuknya pengaruh Kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia juga telah melahirkan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia asli. Hal ini terjadi karena antara kebudayaan Hindu-Budha dengan kebudayaan Indonesia asli, sama-sama kuat. Begitu juga pada waktu kebudayaan Islam datang, terjadi proses akulturasi dengan kebudayaan Indonesia yang sudah ada. 
        Berkembangnya kebudayaan Islam memang tidak kemudian menggantikan atau memusnahkan kebudayaan yang sudah ada. Antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan yang telah berkembang sebelumnya terjadi akulturasi. Dari perpaduan budaya ini melahirkan kebudayaan baru yang unik dan menarik.

 2. Terjadinya Akulturasi 
        Terjadinya interaksi antara kebudayaan Hindu Budha dengan Islam sekaligus terjadi interaksi dengan kebudayaan lokal. Seperti telah kalian kaji pada bab sebelumnya, bahwa kedatangan pengaruh agama Hindu Buda di Indonesia menimbulkan akulturasi dengan kebudayaan setempat. Hal ini terus berlanjut hingga pada masa pengaruh Islam. Kalian bisa mengidentifikasi terjadinya akulturasi antara tradisi lokal, Hindu Buda dan Islam ini dengan membandingkan kebudayaan pengaruh Hindu Buda dengan pengaruh Islam. Sifat kebudayaan adalah dinamis, dan saling memengaruhi. Interaksi antar budaya akan menghasilkan budaya baru, atau kalau budaya itu sangat bertentangan maka akan muncul dampak negatif berupa konflik.  Bentuk lain interaksi antara tradisi lokal, Hindu Buda, dan Islam adalah dalam hal kepercayaan. Pada jaman megalithikum telah mengenal persembahan, Mantera, ritual kepercayaan animisme dan dinamisme. Hal ini terus berlanjut pada masa pengaruh Hindu Buda. 
        Pada masa kedatangan Islampun tidak hilang begitu saja. Konsep-konsep animisme dan dinamisme pada masyarakat Islam Indonesia masih kita temukan hingga saat ini. Terjadinya percampuran dalam keagamaan ini disebut sinkritisme. Kalian bisa menemukan hal-hal ini terutama pada masyarakat Jawa yang melakukan sesaji pada tempat-tempat yang dianggap keramat. Memuja senjata, binatang, gunung, laut, danau, dan sebagainya.

3. Bentuk Akulturasi 
        Hasil proses akulturasi antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam dapat dilihat dalam bentuk fisik kebendaan, seperti seni bangunan, seni ukir/pahat, dan karya sastra. Di samping dalam bidang fifik kendaaan, akulturasi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Beberapa contoh bentuk akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah berkembang sebelunya adalah sebagai berikut. 

1) Seni Bangunan 
a. Masjid dan Menara 
        Seni bangunan yang berkembang pada jaman Indonesia masa Islam menunjukkan adanya peipaduan antara unsur Islam dengan kebudayaan Indonesia yang telah ada. Salah satu bentuk perpaduan seni bangunan Islam dengan seni bangunan yang telah berkembang sebelumnya adalah seni bangunan masjid. Dengan adanya perpaduan ini, bangunan masjid di Indonesia pada jaman perkembangan Islam memiliki bentuk yang unik. 

Perhatikan dan cermati gambar masjid Demak dan Masjid Kuno Aceh,

    Masjid Agung Demak                                                                                                                Masjid kuno Aceh

Bentuk bangunan Masjid yang merupakan hasil akulturasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 
 a) Atapnya berupa atap tumpang, yaitu atap yang bersusun atau bertingkat, semakin ke aras semakin kecil dan tingkat yang paling atas berbentuk limas. Jumlah tumpang biasanya selalu gasal, ada yangt tiga ada juga yang lima. Bentuk atap bertumpang ini adalah karena pengaruh bentuk meru pada bangunan suci (Pure) Hindu. Atap masjid biasanya masih diberi lagi sebuah kemuncak yang dinamakan mustaka. 
b) Tidak adanya menara. Ini seperti lazimnya masjid-masjid yang ada di luar Indonesia. Masjid luar Indonesia umumnya memiliki menara. Masjid-masjid di Mesir dan Masjid Abas di Karbala, Irak, memiliki menara yang sangat tinggi dan megah. Menara menjadi bagian penting, karena merupakan tempat muadzin menyerukan adzan sebagai panggilan orang untuk shalat. Di Indonesia pemberitahuan waktu shalat di samping dengan seruan adzan, juga dilakukan dengan pemukulan sebuah bedug atau kentongan. Masjid Kudus dan masjid Banten ada menaranya. Kedua menara itu bentuknya sangat unik. Menara Kudus merupakan sebuah candi langgam Jawa Timur yang telah diubah dan disesuaikan fungsinya. Ada juga yang menyatakan, bentuk menara masjid kudus mirip dengan Bale Kulkul. Bale kulkul adalah bagian bangunan dari bangunan sebuah Pure. 

b. Makam
        Pemakaman mayat pada jaman Indonesia masa Islam banyak dipengaruhi oleh pandangan dan budaya yang berkembang pada masa sebelumnya. Kebiasaankebiasaanjaman sebelum kedatangan dan perkembangan Islam akhirnya juga banyak dilakukan oleh masyarakat Islam. Misalnya, kalau pada jaman kuno mayat dimasukkan dalam kubur batu, pada jaman islam ada yang dimasukkan dalam peti. Sering pula diatas kubur ditabur bunga-bungaan. Saji-sajian dan selamatan yang telah berkembang pada jaman pra sejarah dan Hindu-Budha tetap hidup pada jaman Islam. Sehingga tidak mengherankan apabila pada hari-hari ke 1, 3, 7, 40, 100, 1 tahun, 2 tahun dan 1000 harinya orang meninggal, sering diadakan selamatan dan kenduri. Selamatandan kenduri ini diiringi dengan doa-doa Islam, yang kemudian lebih dikenal dengan tahlil. Selamatan ini dimaksudkan untuk mengantar roh ke hadirat Illahi. Ini jelas menunjukkan adanya perpaduan antara Islam dengan Budaya Hindu-Budha dan pra sejarah.
            Sesudah selamatan terakhir (nguwis-uwisi), yakni pada hari ke 1000, umumnya kuburan kemudian diabadikan (diperkuat dengan bangunan dari Batu). Pengabadian kubur ini biasanya dilakukan dengan membuat jirat atau nisan di atas kubur. Bagi orang-orang tertentu, umumnya bangsawan atau tokoh penting, di atas jirat didirikan rumah atau sering disebut cungkup. Banyak masyarakat berpandangan, bahwa makam merupakan kediaman terakhir yang abadi, maka diusahakan pula semacam rumah yang sesuai dengan kedudukan orang yang dikubur. Makam para raja atau orang penting dibangun seperti layaknya istana. Seakan-akan makam itu disamakan dengan orangnya, lengkap dengan keluarganya serta pembesar-pembesar pengiringnya yang terdekat. Oleh karena itu bentuk
pemakaman itu merupakan satu gugusan cungkup-cungkup dan jirat-jirat yang dikelompokkan menurut hubungan kekeluargaan. Gugusan ini dibagi menjadi berbagai halaman, yang dipisahkan oleh tembok tetapi dihubungkan dengan gapura-gapura. Di dekat makam itu biasanya dibangun masjid, sehingga dikenal dengan masjid makam.Masyarakat berpandangan bahwa makam, apalagi makam orang-orang terkemuka seperti para wali dan raja, adalah tempat yang suci dan keramat. Oleh karena itu, banyak bangunan masjid yang dibangvun satu kompleks dengan makam. Sebagai contoh adalah masjid makam di Demak, Kudus, Muria, Ampel (Surabaya), Gunung Jati (Cirebon), Bayat (Klaten), dan Sendangduwur (Tuban). Makam di sekitar Masjid Demak (didalamnya ada makam R. Patah dan Sultan
Trenggana Kalau dihubungkan dengan budaya sebelumnya, pembuatan cungkup ini adalah karena pengaruh budaya sebelumnya. Pada jaman pra sejarah, tokoh-tokoh penting demak10 kepala suku) sesudah meninggal diabadikan dalam bentuk Menhir. Pada jaman Hindu-Budha, tokoh-tokoh penting (raja) diabadikan dalam bentuk bangunan candi. 


Baca Selengkapnya ....

ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA

Posted by admin Senin, 24 Januari 2022 0 komentar
KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI KEPULAUAN INDONESIA 



            Kerajaan Islam di Sumatra merupakan daerah pertama yang didatangi oleh kaum Muslim, selain itu Sumatra merupakan daerah yang sangat strategis dan berhadapan langsung dengan jalur pelayaran perdagangan dunia. Berdasarkan catatan Tome Pires dalam Suma Oriental dikatakan bahwa disumatra terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam seperti Samudra Pasai, Kesultanan Aceh  Darussalam. Kerajaan-Kerajaan Islam di Riau, Jambi, Sumatra Selatan, dan di Sumatra Barat. 
            Kerajaan Islam di Jawa Islam masuk ke Jawa melalui pesisir utara Pulau Jawa. Bukti sejarah tentang awal mula kedatangan Islam di Jawa antara lain ialah ditemukannya makam Fatimah Binti Maimun Bin Hibatulloh yang wafat pada tahun 475 H di Desa Leran, Kecamatan Manyar, Gresik. Dilihat dari namanya, diperkirakan Fatimah adalah keturunan Hibatulloh, salah satu dinasti di Persia.            Disamping itu, di Gresik juga ditemukan makam Maulana Malik Ibrahim dari Kasian yang meninggal pada tahun 822 H. Agak ke pedalaman, di Mojokerto juga ditemukan ratusan makam Islam kuno. Makam tertua berangka tahun 1374 M. Diperkirakan makam-makam ini ialah makam keluarga istana Majapahit. Berdasarkan informasi ini tentu dapat disimpulkan bahwa Islam itu sudah lama masuk ke Pulau Jawa jauh sebelum bangsa barat menjejakan kaki di pulau ini. Kerajaan-kerajaan di Pulau Jawa yaitu: Kerajaan Demak, Kerajaan Mataram, Kesultanan Banten, Kesultanan Cirebon. 
          Kerajaan Islam di Kalimantan Di Kalimantan juga banyak terdapat kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam, dianaranya adalah Kesultanan Pasir (1516 M), Kesultanan Banjar (1526-1905 M), Kesultanan Kotawaringin, Kerajaan Pagatan (1750), Kesultanan Sambas (1671), Kesultanan Kutai Katanegara, Kesultanan Berau (1400), Kesultanan Sambaliung (1810), Kesultanan Gunung Tabur (1820), Kesultanan Pontianak (1771), Kesultanan Tidung dan Kesultanan Bulungan (1731). Kerajaan Islam di Sulawesi Munculnya kerajaan-kerajaan Islam tidak terlepas dari perdagangan yang berlangsung pada masa itu. 
            Contoh dari kerajaan Islam yang berada di Sulawesi adalah Kerajaan Gowa Tallo, Kerajaan Bone, Kerajaan Wajo, Kerajaan Soppeng, dan Kesultanan Buton. Dari sekian banyak kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi, yang paling terkenal adalah kerajaan Gowa Tallo. Kerajaan Islam di Maluku Utara Kepulauan Maluku menduduki posisi penting dalam perdagangan dunia di kawasan timur Nusantara. Mengingat keberadaan darah Maluku ini, maka tidak mengherankan jika sejak abad 15-19 M, kawasan ini menjadi daerah rebutan antara bangsa Spanyol, Portugis, dan Belanda. 
                Sejak awal diketahui bahwa di daerah ini terdapat dua kerajaan besar yang bercorak Islam yaitu Kerajaan Ternate dan Kerjaan Tidore. Kedua kerajaan ini terletak disebelah barat pulau Halmahera, Maluku Utara. Kedua Kerajaan itu pusatnya masing-masing di pulau Ternate dan Tidore, tapi wilayah kekuasaannya mencakup sejumlah pulau di kepulauan Maluku dan Papua. Tanda-tanda awal kehadiran Islam ke daerah Maluku dapat diketahui melalui sumber-sumber berupa naskah-naskah kuno dalam bentuk hikayat seperti Hikayat Hitu, Hikayat Bacan, dan hikayat-hikayat setempat lainnya. Tentu sumber berita asing seperti Cina, Portugis, dan lainnya amat menunjang cerita sejarah daerah Maluku tersebut. Kerajaan Islam di Papua Berdasarkan sumber-sumber sejarah menunjukkan bahwa penyebaran Islam di Papua sudah berlangsung sejak lama. 
        Bahkan berdasarkan bukti sejarah terdapat beberapa kerajaan-kerajaan Islam di Papua, diantaranya: Kerajaan Waigeo, Kerajaan Misool, Kerajaan Silawati, Kerajaan Sailolof, Kerajaan Fatagar, Kerajaan Rumbati, Kerajaan Kowiai, Kerajaan Aiduma, Kerajaan Kaimana. Ada beberapa pendapat tentang proses masuknya Islam ke Papua. Pertama, Islam datang ke Papua pada tahun 1630 yang disebarkan oleh mubaligh asal Aceh, Abdul Ghafar. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa Islam disebarkan oleh seorang sufi bernama Syarif Muaz al-Qathan. Ketiga, pendapat yang menyatakan bahwa Islam disebarkan oleh pedagang-pedagang Bugis. Keempat yang menyatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Bacan. Dan yang kelima yang menyatakan bahwa Islam di Papua berasal dari Maluku Utara. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses masuknya Islam di Papua dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Maluku, hal ini juga didukung dengan faktor letak yang strategis, yang merupakan jalur pelayaran perdagangan rempah-rempah. 
                Kerajaan Islam di Nusa Tenggara Diperkirakan kehadiran Islam di Nusa Tenggara khususnya di Lombok pada abad ke-16 M yang diperkenalkan oleh Sunan Parapen, putra Sunan Giri. Sedangkan Islam masuk ke Sumbawa diperkirakan datang lewat Sulawesi. Adapun beberapa kerajaan Islam di Nusa Tenggara, diantaranya Kerajaan Lombok, Kerajaan Sumbawa, dan Kerajaan Bima D. Jaringan Keilmuan di Nusantara Sejak kerajaan Samudra Pasai mengalami keruntuhan, jaringan keilmuan tetap berlanjut dan kerajaan Samudra Pasai menjadi pusat studi. Ketika kerajaan Malaka masuk Islam, kerajaan Malaka juga menjadi pusat studi bahkan dapat dikatakan berhasil menyainginya. Dan kemajuan ekonomi kerajaan Malaka telah mengundang para ulama untuk berpartisipasi dengan lebih intensif dalam proses pembelajaran Islam. 
          Keberhasilan Malaka dalam waktu singkat merubah konsepsi dan sikap terhadap agama menyebabkan banyak para ulama besar dari mancanegara datang. Hubungan antar kerajaan misalnya, Samudra Pasai, Aceh Darussalam, dan Malaka sangat bermakna dalam bidang keagamaan dan kebudayaan. Di Banten, fungsi istana sebagai lembaga pendidikan sangat mencolok. Bahkan pada abad ke-17 M, Banten sudah menjadi pusat ilmu pengetahuan Islam di Pulau Jawa. Sedangkan di Palembang, banyak Sultan Palembang yang mendorong pengembangan intelektual keagamaan. Berkembangnya pendidikan dan pengajaran Islam, telah berhasil menyatukan wilayah Nusantara. Semua ilmu yang diberikan di lembaga pendidikan Islam di Nusantara ditulis dalam Aksara Arab, baik dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu. Selanjutnya berkembanglah pendidikan tersebut sampai ke rumah-rumah dan ke tingkat yang lebih luas, pelajaran yang diberikan adalah menghafal al-Qur’an dsb.

Akulturasi dan Perkembangan Budaya Islam

1. Seni Bangunan

    1) Masjid dan Menara
         Seni bangunan Islam yang menonjol adalah masjid, dan masjid sendiri bermakna tempat bersujud. Di Indonesia masjid memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Atapnya berupa atap tumpang, tidak ada menara yang berfungsi sebagai tempat mengumandangkan adzan, masjid umumnya didirikan di tempat strategis.

    2) Makam
         Pada umumnya, makam yang lokasinya di atas bukit adalah makam yang paling dihormati.

    3) Seni Ukir
       Seni Ukir di Indonesia pada zaman perkembangan Islam tidak diperbolehkan, ini mengakibatkan kurang berkembangnya seni ukir di zaman madya. Walaupun begitu, para seniman terus berinovasi dan melahirkan motif-motif seni baru. Contoh seni ukir yang sampai sekarang masih ada adalah seni ukir pada gapura, masjid dll.

2. Aksara dan Seni Sastra
        Perkembangan dan tersebarnya Islam di Kepulauan Indonesia membawa pengaruh terhadap aksara atau tulisan. Disamping pengaruh sastra Islam dan Persia, perkembangan sastra tidak terlepas dari pengaruh budaya sebelumnya, hal ini mengakibatkan terjadinya akulturasi budaya. Dilihat dari corak dan isinya, ada beberaoa jenis seni sastra seperti: Hikayat, Babad, Syair, Suluk.

3. Kesenian
      Di Indonesia, Islam menghasilkan kesenian bernafas Islam yang bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam, misalnya permainan debus, seudati, wayang.

4. Kalender
        Sistem kalender juga mengalami akulturasi budaya antara kebudayaan Pra-Islam dan kebudayaan Islam.

Proses Integrasi Nusantara

           Integrasi suatu bangsa adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan adanya integrasi akan melahirkan satu kekuatan bangsa yang ampuh dan segala persoalan akan dihadapi bersama-sama.

1. Peranan Para Ulama dalam Proses Integrasi
        Islam mengajarkan tentang persamaan dan tidak mengenal kasta-kasta dalam kehidupan masyarakat, hal inilah yang menjadikan dasar bagi para ulama untuk menyatukan berbagai elemen masyarakat yang ada agar menjadi satu bangsa.
2. Peran Perdagangan Antarpulau
        Proses integrasi juga terjadi akibat dari perdagangan dan hubungan antara pedagang dan pembeli dalam waktu yang lama akan menimbulkan suatu pergaulan dan kebudayaan baru yang mendorong terjadinya proses integrasi.
3. Peran Bahasa
        Pada perkembangan agama Islam, Bahasa Melayu adalah bahasa yang paling dominan dipakai pada kehidupan sehari-hari. Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam setiap aktivitas yang dilakukan. Dengan begitu banyaknya suku bangsa yang ada dikepulauan indonesia akan dibutuhkan satu bahasa yang mampu menyatukan suku bangsa tersebut.

Baca Selengkapnya ....

ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA

Posted by admin Senin, 03 Januari 2022 0 komentar
A. ISLAMISASI DAN SILANG BUDAYA DI NUSANTARA 





        Kedatangan Islam di Nusantara menimbulkan banyak perdebatan mengenai bagaimana secara pasti ajaran Islam masuk ke Nusantara. Terdapat tiga teori yang bisa menjadi acuan mengenai kedatangan Islam di Nusantara. 

 1. Teori Gujarat 
    Sarjana-sarjana Barat mengatakan bahwa Islam masuk berasal dari Gujarat, dan disebarkan oleh pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia Timur sekitar abad ke-13 M. Pendapat ini juga didukung oleh Moquetta yang berkesimpulan bahwa batu nisan Sultan Malik mirip dengan batu nisan yang terdapat di Kambay, Gujarat.

 2. Teori Persia 
        Hoesein Djajadiningrat yang mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini didasari atas kesamaan tradisi antara masyarakat Persia dengan Indonesia, diantaranya Tradisi Tabot dan tradisi merayakan 10 Muharam. 

 3. Teori Mekkah 
        A.H. Johns mengatakan bahwa Islam berasal dari tanah kelahirannya yaitu Mekkah dan proses Islamisasi dilakukan oleh para musafir yang datang ke Indonesia.

    Ketiga teori tersebut bisa saling melengkapi satu sama lain. Islamisasi di kepulauan Indonesia mengalami proses yang panjang dan bertahap dari satu daerah ke daerah lainnya. Salah satu tokoh yang paling disebut adalah Sunan Giri sebagai penyebar Islam di Kepulauan Indonesia bagian Timur, dan dijadikannya Ternate sebagai kekuatan Islam oleh rajanya, yaitu Sultan Zainal Abidin. 

B. Perdagangan Antarpulau

        Masyarakat Nusantara pada umumnya adalah masyarakat pesisir yang kehidupannya tergantung pada perdagangan antarpulau dan antarbenua. Kegiata perdagangan pun sudah dimulai sejak abad pertama Masehi. Berdasarkan berita-berita Cina dan Sejarah Indonesia yang telah dikaji, di Nusantara telah menunjukan adanya jaringan-jaringan perdagangan antara kerajaan Cina dengan kerajaan di Kepulauan Indonesia sampai abad ke-16 M. Sementara itu, kapal-kapal dagang dari Arab juga sudah mulai berlayar ke Asia Tenggara pada abad ke ke-7 M. Banyaknya jalur pelayaran mengakibatkan tumbuhnya kota-kota seperti Samudra Pasai, Malaka, Kutai, dll. Kemudian dari sumber literatur Cina, terdapat kerajaan bercorak Islam seperti Samudra Pasai dan Malaka yang tumbuh dan berkembang sejak abad ke-13 sampai abad ke-15 M. Selain itu terdapat juga komunitas-komunitas Muslim di pesisir utara Jawa bagian timur. Hubungan pelayaran dan perdagangan antara Kepulauan Indonesia dengan Arab semakin erat dengan semakin berkembangnya aktivitas pelayaran dan kota-kota. Walaupun pedagang Arab hanya transit di Indonesia dalam perjalanan ke Cina, tetapi hubungan antar kerajaan terjalin secara langsung. Hubungan ini menjadi semakin ramai menyusul pedagang Arab yang melarikan diri ke Raja Kedah dan Palembang usai koloni mereka dihancurkan oleh Huang Chou dan melarang pedagang Arab masuk Cina.                             Ditaklukkannya Malaka oleh Portugis pada 1511 M dan banyaknya ada perampok serta bajak laut mengakibatkan berubahnya jalur pelayaran menuju pesisir Sumatra dan Sunda, dan lahirlah pelabuhan perantara yang baru disana. Perdagangan di wilayah timur Indonesia lebih cenderung pada perdagan cengkih dan pala. Perdagangan cengkih berpusat di Tidore dan Ambon, sedangkan komoditi pala berpusat di Banda. Pada abad ke-15 M, Sulawesi Selatan telah didatangi pedagang Muslim dan dalam perjalanan sejarahnya, masyarakat Muslim menjalin hubungan dengan bangsa Portugis yang didorong oleh adanya usaha monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilancarkan oleh kompeni Belanda di Maluku.         Sementara itu, hubungan Ternate, Ambon, dan Jawa sangat erat sekali, ini ditandai dengan adanya seorang raja yang dianggap benar-benar Muslim yakni Zainal Abidin yang terkenal sebagai raja cengkih. Cengkih, pala, dan bunga pala hanya terdapat di Kepulauan Indonesia bagian Timur dan ditanam di perbukitan di pulau-pulau kecil Ternate, Tidore, Makian dan Motir. Selain itu, meningkatnya ekspor lada, dan adanya perang di laut Eropa menambah berkembangnya pelayaran Islam di Samudra Hindia. Pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam, sistem jual beli masih dilakukan dengan cara barter. Kemunduran perdagangan dan kerajaan yang berada di daerah tepi pantai disebabkan karena kemenangan militer dan ekonomi Belanda, dan munculnya kerajaan-kerajaan agraris di pedalaman yang tidak menaruh perhatian pada perdagangan

C. Islam Masuk Istana Raja
        
        Agama Islam di Kepulauan Indonesia semakin berkembang, setelah dianut oleh penduduk pesisir Indonesia, agama dan kebudayaan Islam semakin berkembang ke hampir seluruh wilayah Indonesia. Perkembangan agama Islam tidak terjadi secara spontan, melainkan melalui suatu proses secara damai, responsif, dan proaktif. Oleh, karena itu, masyarakat Indonesia yang belum menganut Islam mudah tertarik dengan agama dan kebudayaan Islam. Banyak cara yang dilakukan untuk menyebarkan agama dan kebudayaan Islam, baik melalui perdagangan, perkawinan, politik, pendidikan, kesenian.
        Melalui Perdagangan, dengan letak geografis yang strategis Kepulauan Indonesia menjadi jalur pelayaran perdagangan dunia, sehingga banyak pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang menjalin hubungan di Kepulauan Indonesia. Melalui Perkawinan, pedagang Islam biasanya tinggal dalam daerah tertentu dalam waktu yang cukup lama, sehingga banyak pedagang Islam menikah dengan penduduk pribumi. Melalui Politik, setelah agama Islam diterima oleh kerajaan, akan berdampak pada bergesernya kepercayaan pengikut kerajaan tersebut, sehingga banyak kerajaan-kerajaan yang berkembang dengan kepercayaan dan kebudayaan Islam. Melalui Kesenian, para penyiar Islam menggunakan wahana kebudayaan sebagai sarana penyebaran Islam di Kepulauan Indonesia.
           Keempat cara diatas merupakan berbagai proses penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Kepulauan Indonesia. Penyebaran melalui politik merupakan penyebaran yang bisa dianggap paling berhasil. Dalam hal politik dan kerajaan, raja memiliki peranan besar bagi rakyatnya. Ketika raja memeluk Islam, rakyatnya akan mengikuti karena rakyat memiliki kepatuhan tinggi kepada raja. Hal ini terbukti dengan tumbuh dan berkembangnya berbagai kerajaan yang menganut kepercayaan Islam di seluruh wilayah Kepulauan Indonesia.




Baca Selengkapnya ....
Trik SEO Terbaru support Online Shop Baju Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Belajar Kreatif dan Inovatif.